Profil Desa Purbosono
Ketahui informasi secara rinci Desa Purbosono mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Purbosono di Kecamatan Kertek, Wonosobo, merupakan sentra agrowisata Salak Pondoh Lumut yang subur di lereng Gunung Sindoro. Desa ini memadukan potensi pertanian unggul dengan pengembangan pariwisata berbasis alam dan budaya untuk kemajuan ekonomi lo
-
Sentra Agrowisata Salak
Purbosono dikenal sebagai pusat penghasil Salak Pondoh Lumut berkualitas tinggi, yang dikembangkan menjadi destinasi agrowisata edukatif di mana pengunjung bisa memetik buah langsung dari kebunnya.
-
Potensi Wisata Alam Terpadu
Desa ini memiliki daya tarik alam yang signifikan, termasuk Curug Grenjeng dan Bukit Cinta, yang menjadi fondasi pengembangan pariwisata terpadu berbasis keindahan alam dan kesejukan udara pegunungan.
-
Kekuatan Sektor Pertanian
Berada di lahan vulkanik yang subur, Purbosono memiliki sektor pertanian yang kuat tidak hanya pada salak, tetapi juga komoditas hortikultura lain seperti sayuran, tembakau, dan kopi yang menopang ekonomi mayoritas warganya.
Desa Purbosono, sebuah kawasan asri yang terhampar di Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, menjelma sebagai representasi ideal dari desa agraris yang berinovasi. Terletak di ketinggian lereng Gunung Sindoro, desa ini diberkahi tanah subur dan iklim sejuk yang menjadikannya sebagai lumbung pertanian, dengan Salak Pondoh Lumut sebagai komoditas andalannya. Lebih dari sekadar pusat produksi, Purbosono secara aktif mengembangkan potensinya menjadi destinasi agrowisata yang menarik, memadukan pesona perkebunan dengan keindahan alam yang memukau.Keberhasilan Desa Purbosono dalam mengelola dan memasarkan potensi lokalnya menjadi cerminan dari dinamika masyarakat yang produktif dan visioner. Desa ini tidak hanya menawarkan hasil bumi berkualitas, tetapi juga pengalaman otentik bagi pengunjung yang ingin merasakan langsung kehidupan pedesaan yang damai dan produktif. Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai lapisan potensi yang dimiliki Desa Purbosono, mulai dari kondisi geografis dan demografis, kekuatan ekonomi berbasis agrowisata, hingga daya tarik pariwisata alam yang menjanjikan masa depan cerah bagi desa ini.
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Secara administratif, Desa Purbosono merupakan salah satu dari 21 desa/kelurahan yang berada di bawah naungan Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data pemerintah, desa ini tercatat dengan Kode Kemendagri 33.07.08.2008. Lokasinya berada pada ketinggian antara 900 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), sebuah posisi ideal yang memberikan keuntungan agroklimat bagi beragam tanaman hortikultura. Udara yang sejuk dengan suhu rata-rata yang nyaman sepanjang tahun menjadi ciri khas utama wilayah ini.Luas wilayah Desa Purbosono yaitu sekitar 302,50 hektare atau 3,025 kilometer persegi. Wilayah yang luas ini didominasi oleh lahan pertanian, terutama perkebunan salak, tegalan untuk tanaman sayur dan palawija, serta area pemukiman penduduk yang tertata di antara hijaunya bentang alam. Topografinya yang berbukit-bukit dan berada di lereng gunung api memberikan karakteristik tanah vulkanik yang subur dan kaya akan unsur hara, menjadi faktor kunci keberhasilan sektor pertanian desa.Desa Purbosono memiliki batas-batas wilayah yang strategis. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Candimulyo. Di sisi timur, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Bejiarum. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojasari dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Pagerejo. Posisi ini menempatkan Purbosono dalam sebuah klaster desa-desa agraris yang saling mendukung di Kecamatan Kertek.
Demografi dan Struktur Sosial Masyarakat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Kertek dalam Angka 2023, jumlah penduduk Desa Purbosono tercatat sebanyak 4.414 jiwa. Populasi ini terdiri dari 2.279 penduduk laki-laki dan 2.135 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 3,025 kilometer persegi, maka kepadatan penduduk di desa ini mencapai sekitar 1.459 jiwa per kilometer persegi. Angka kepadatan ini menunjukkan sebaran penduduk yang cukup merata, tidak terlalu padat, dan selaras dengan karakteristik wilayah perdesaan agraris.Mayoritas penduduk Desa Purbosono menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Keterikatan pada lahan garapan membentuk struktur sosial masyarakat yang komunal dan berpegang teguh pada nilai-nilai kebersamaan. Tradisi gotong royong dan partisipasi aktif dalam kegiatan desa masih sangat kental terasa, menjadi modal sosial yang kuat dalam setiap program pembangunan desa.Komposisi penduduknya didominasi oleh usia produktif, yang menjadi motor penggerak utama dalam aktivitas ekonomi, terutama dalam pengelolaan kebun salak dan komoditas pertanian lainnya. Generasi muda di desa ini juga mulai menunjukkan minat dalam inovasi pertanian dan pengembangan pariwisata, memberikan harapan baru bagi keberlanjutan pembangunan desa di masa depan. Harmoni sosial dan semangat kerja yang tinggi menjadi ciri khas masyarakat Desa Purbosono.
Agrowisata Salak sebagai Penggerak Ekonomi Utama
Perekonomian Desa Purbosono memiliki fondasi yang kokoh pada sektor pertanian, dengan Salak Pondoh Lumut sebagai ikon dan komoditas unggulan utama. Salak dari Purbosono dikenal memiliki kualitas premium, dengan ciri khas rasa manis, daging buah tebal, tekstur renyah, dan aroma yang khas. Keunggulan ini menjadikan salak Purbosono sangat diminati pasar dan didistribusikan ke berbagai kota besar di Indonesia. Hampir setiap pekarangan dan kebun di desa ini ditanami pohon salak, menciptakan lanskap perkebunan yang produktif.Inovasi tidak berhenti pada produksi. Pemerintah Desa Purbosono bersama kelompok tani dan masyarakat setempat berhasil mengembangkan potensi ini menjadi sebuah destinasi agrowisata yang menarik. Konsep "wisata petik salak" menjadi daya tarik utama, di mana pengunjung dapat masuk ke kebun, memilih, dan memetik sendiri buah salak langsung dari pohonnya. Pengalaman ini memberikan nilai edukatif dan rekreasi yang unik, menarik wisatawan keluarga, pelajar, dan pecinta agrowisata.Pengembangan agrowisata ini memberikan dampak ekonomi berganda. Selain dari penjualan buah segar, masyarakat juga mendapatkan penghasilan dari tiket masuk, jasa pemandu, serta penjualan produk olahan salak seperti keripik, dodol, dan manisan. Inisiatif ini secara efektif meningkatkan nilai tambah produk pertanian, membuka lapangan kerja baru, dan menjadikan Desa Purbosono sebagai sentra agrowisata salak yang diperhitungkan di tingkat regional.
Potensi Pariwisata Alam dan Destinasi Pendukung
Selain agrowisata salak, Desa Purbosono dianugerahi keindahan alam yang potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Salah satu pesona tersembunyi yang dimiliki desa ini ialah Curug Grenjeng. Air terjun ini menawarkan suasana yang alami dan asri, dikelilingi oleh vegetasi yang lebat. Meskipun akses dan fasilitasnya masih memerlukan pengembangan lebih lanjut, curug ini memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata alam bagi para pencari ketenangan dan petualangan.Desa ini juga memiliki beberapa titik perbukitan dengan pemandangan yang menawan, salah satunya dikenal oleh masyarakat lokal sebagai "Bukit Cinta". Dari lokasi ini, pengunjung dapat menikmati panorama bentang alam Wonosobo yang hijau dengan latar belakang pegunungan yang megah. Titik-titik seperti ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi gardu pandang, area swafoto (spot foto instagramable), atau area peristirahatan yang nyaman.Pengembangan potensi wisata alam ini dapat diintegrasikan dengan agrowisata salak yang sudah ada. Pengunjung yang datang untuk memetik salak dapat melanjutkan perjalanannya untuk menikmati kesejukan air terjun atau keindahan pemandangan dari atas bukit. Dengan konsep pariwisata terpadu, Desa Purbosono dapat menawarkan paket wisata yang lebih lengkap dan meningkatkan lama tinggal wisatawan, yang pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat desa.
Sektor Pertanian Penopang Lainnya
Meskipun salak menjadi primadona, kekuatan agraris Desa Purbosono tidak hanya bertumpu pada satu komoditas. Lahan yang subur dan iklim yang mendukung memungkinkan berkembangnya berbagai jenis tanaman hortikultura lainnya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman sayur-mayur seperti kol, sawi, dan cabai tumbuh subur di tegalan-tegalan milik warga, memasok kebutuhan pasar lokal maupun regional.Selain itu, Purbosono juga dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil tembakau di Kecamatan Kertek. Tembakau dari Wonosobo memiliki reputasi kualitas yang baik dan menjadi komoditas penting bagi sebagian petani di desa ini, terutama pada musim-musim tanam tertentu. Di beberapa bagian wilayah desa yang memiliki ketinggian lebih, tanaman kopi juga mulai dikembangkan, menambah diversifikasi produk pertanian yang dapat meningkatkan ketahanan ekonomi para petani.Keberagaman komoditas ini menunjukkan adaptabilitas dan kerja keras para petani Desa Purbosono. Mereka tidak hanya bergantung pada satu jenis tanaman, tetapi mampu mengoptimalkan lahan mereka sesuai dengan musim dan permintaan pasar. Diversifikasi pertanian ini menjadi strategi penting dalam menjaga stabilitas pendapatan dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian sebagai tulang punggung utama perekonomian desa.
Penutup
Desa Purbosono di Kecamatan Kertek merupakan contoh nyata bagaimana potensi alam dan inovasi lokal dapat bersinergi untuk menciptakan kemajuan. Dengan Salak Pondoh Lumut sebagai motor penggerak agrowisata, desa ini telah berhasil menempatkan dirinya di peta pariwisata Wonosobo. Kekuatan ekonomi ini ditopang oleh sektor pertanian yang beragam serta pesona alam tersembunyi yang siap untuk dikembangkan lebih lanjut.Dukungan dari masyarakat yang solid dan pemerintah desa yang proaktif menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang ada. Melalui pengembangan yang terencana dan berkelanjutan, Desa Purbosono tidak hanya akan dikenal sebagai penghasil salak berkualitas, tetapi juga sebagai destinasi wisata terpadu yang menawarkan pengalaman agraris, alam, dan budaya yang otentik. Masa depan Desa Purbosono tampak cerah, berakar kuat pada tanah suburnya dan didorong oleh semangat inovasi warganya.
